INDSATU - Seniman Merespon Ruang resmi dibuka Oleh Yeyen Kiram selaku penulis dan pegiat literasi, acara yang bertujuan untuk memeriahkan HUT RI yang ke 80, diketuai oleh Erwin Awal ini sukses didatangi seniman, acara yang berslogan khusus "Dari Seniman Untuk Seniman". Beberapa karya dipamerkan mulai dari karya seni patung, lukis dan karya instalasi, namun dari beberapa karya tersebut ada yang mencolok dan unik yaitu karya instalasi Irawan Winata.a
Seniman dan penulis Irawan Winata menghadirkan pembaruan dalam lanskap seni rupa kontemporer Indonesia melalui karya instalasi berjudul “Kaum Lorong”. Karya ini lahir dari proses alih wahana peralihan medium dari teks sastra menjadi bentuk visual yang mengubah buku puisi menjadi instalasi tiga dimensi, menantang publik untuk tidak hanya membaca, tetapi juga merasakan tubuh sastra secara fisik, emosional, dan visual.
Konsep Karya
“Kaum Lorong” berangkat dari premis: Ketika kata-kata tak lagi cukup ditampung oleh halaman, ia tumbuh menjadi bentuk. Dari medium yang remeh dan terbuang, sebuah kloset hadir ruang subur bagi tumbuhnya kehidupan baru: pohon, kertas, kata-kata dan banyak kisah kehidupan didalamnya. Dalam karya ini, simbol yang kerap diabaikan justru menjadi tempat lahir tafsir, seakan menyatakan bahwa imajinasi dan pemahaman bisa mekar dari ruang paling sederhana sekalipun.
Karya ini menggunakan bahan instalasi berupa kloset, nabati (pohon hidup), kertas, dan tali. Kertas-kertas yang menggantung di ranting pohon berisi serpihan teks, menegaskan kelahiran baru sastra yang tak lagi sekadar duduk tenang di halaman, melainkan menjelma tubuh yang berdiri di ruang publik.
Posisi dalam Sejarah Seni Indonesia
Dalam khazanah seni rupa Indonesia, karya instalasi kerap muncul sebagai respons terhadap ruang, benda sehari-hari, dan simbol sosial. Kita mengenal karya instalasi FX Harsono yang politis, Heri Dono dengan fantasi satirnya, hingga Tisna Sanjaya yang memadukan ritual, grafis, dan instalasi. Namun, Kaum Lorong mengambil jalur berbeda: ia berangkat dari sastra tulis dan kemudian merealisasikan di alih wahana ke medium instalasi.
Dengan demikian, karya ini menandai pembaruan: sastra tidak lagi berhenti sebagai teks, melainkan meluber ke dalam ruang visual dan performatif. Jika puisi biasanya menunggu untuk dibaca, maka dalam instalasi ini, puisi menantang untuk disentuh, dikelilingi, dan dihadapi secara langsung.
Pernyataan Seniman
Menurut Irawan Winata, “Karya ini bukan hanya patung atau instalasi, ia adalah kelahiran baru dari teks yang pernah duduk tenang di halaman buku. Kini ia berdiri, bernafas, dan menuntut pembacanya untuk hadir dengan seluruh indera. Zaman tak cukup dibaca, ia harus dirasakan.”
Tentang Seniman
Irawan Winata adalah penulis dan seniman multidisiplin yang telah menulis beberapa buku puisi serta aktif menggarap teater dan karya lintas medium. Kaum Lorong merupakan salah satu eksperimennya dalam memperluas wilayah sastra melalui seni rupa kontemporer, menawarkan bentuk baru hubungan antara kata dan benda, antara halaman dan ruang.(*)
0 Komentar